Jumat, 31 Desember 2010

latar belakang makalah manajemen keuangan


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
            Masalah persediaan mendapat tempat yang penting dalam mata kuliah manajemen keuangan atau pembelanjaan karena termasuk salah satu unsur modal kerja. Dengan demikian, apabila manajemen produksi dapat menetapkan berapa jumlah bahan baku yang dipesan, dan kapan melakukan pesanan, maka informasi tersebut sangat berguna bagi manajemen keuangan untuk menetapkan berapa jumlah uang yang perlu disediakan untuk pembelian bahan baku tersebut dan kapan perlu disediakan dana itu.
Persediaan dan piutang dagang merupakan dua elemen terbesar dalam aktiva lancar perusahaan. Secara bersama – sama kedua jenis aktiva ini mencakup hampir 80% dari nialai aktiva lancar dan lebih dari 30% dari total aktiva pada industri pabrikase ( data di amerika serikat pada tahun 1982).
Sementara rumitnya model – model dalam pengambilan keputusan persedian mungkin lebih sesuai bila dibahas dalam manajemen operasi, tetapi para menejer keuangan seharusnya juga berkepentingan pada masalah persedian sebagai satu bagian keseluruhan siklus arus kas, manajer keuangan harus memahami pola berpikir yang ada pada model pengendalian persediaan, yang menjadi salah satu model matematis yang paling banyak digunakan di dunia uasaha, dan yang bisa diterapkan secara lebih umum selain pada masalah persediaan.
Sehingga pokok bahasan mengenai pengendalian investasi pada persedian sangat penting untuk dibahas. Sebab berbagai model persediaan yang dikembangkan sebagai alat bantu dalam proses pengendalian ini telah terbukti sangat bermanfaat dalam meminimisasi biaya – biaya persediaan.




I.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1.                  Apa pengertian, jenis – jenis dan perputaran dari persediaan?
1.2.2.                  Apa yang dimaksud persediaan bahan mentah ( row material inventory) dan persedian barang jadi ( Finished Goods inventory) ?
1.2.3.                  Bagaimana hubungan skedul aliran kas dengan skedul penerimaan bahan mentah dan pengiriman barang jadi ?
1.2.4.                  Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan ?

I.3 TUJUAN PEMBAHASAN
1.3.1.                  Dapat mengetahui pengertian, jenis – jenis dan perputaran dari persediaan.
1.3.2.                  Mengetahui persediaan bahan mentah ( row material inventory) dan persedian barang jadi ( Finished Goods inventory).
1.3.3.                Mengetahui hubungan skedul aliran kas dengan skedul penerimaan bahan mentah dan pengiriman barang jadi .
1.3.4.                  Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan .





makalah manajemen keuangan




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persediaan, jenis – jenis dan perputaran persediaan
            Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja dan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan. Masalah penentuan besarnya investasi dalam persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan.
Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga semua ini akan memperkecil keuntungan perusahaan.
Demikian pila sebaliknya, adanya investasi yang terlalu kecil dalam inventory akan mempunyai efek yang menekan keuntungan juga, karena kekurangan material, perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas produksi yang optimal. Oleh kerana perusahaan tidak bekerja dengan full-capacity, berarti bahwa “capital assets’’ dan “direct labor” tidak dapat didayaginakan dengan sepenuhnya, sehingga hal ini akan mempertinggi biaya produksi rata – ratanya, yang pada akhirnya akan menekan keuntungan yang diperolehnya.
Jenis – jenis  persediaan dan tingkat perputarannya ( Tunnovernya) :
Ø Pada dasarnya persediaan-persediaan pabrikase (manufacturing) pada umumnya mempunyai 3 jenis persediaan, yaitu (1) bahan baku, (2) barang dalam proses, dan (3) barang jadi. Secara umum besarnya persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan produksi, sifat musiman dari produksi, serta efisiensi penjualan pembelian dan kegiatan produksi.
       Persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi (waktu yang dibutuhkan antara 1 bahan baku masuk ke proses produksi) dengan barang jadi. Perputaran persediaan bisa dilakukan dengan menyempurnakan tekhnik-tekhnik rekayasa, sehingga proses pengolahan bisa dipercepat, cara lain dengan membeli bahan-bahan dan tidak memproduksinya sendiri.
Cara menghitung turnover inventory dalm perusahaan produksi (pabrikase/manufacturing) :
a.       Row material turnover =    cost of row material used
                                                                          AVERAGE RAW MATERIAL INVENTORY
Cost of row meterial used ( biaya bahan mentah yang dimasukkan dalam proses produksi / digunakan) dapat diketahui dengan cara : persedian bahan mentah permulaan tahun ditambah dengan jumlah bahan mentah yang dibeli selama setahun setelah dikurangi dengan ’return & allowance”, kemudian dikurangi dengan persediaan bahan mentah akhir tahun.
Contoh :
Persedian 1/1            Rp 30.000,00
Pembelian setahun       100.000,00
                              
                               Rp 130.000,00
Cost of row material used 
(ke W.I.P)                          Rp 120.000,00
Persedian 31/12                        10.000,00
                                            Rp 130.00,00
Row material turnover =             120000            = 6 x
                                        (30.000+10.000) : 2
b.      Goods in process/ Work in process turnover =
Cost of goods manufactured
Average work in process inventory
Cost of goods manufactured dapat diketahui dengan cara : persedian work in proscess (W.I.P) pada permulaan tahun ditambah dengan ”cost of row material used”, ”direct labor”, dan ”manufacturing overrhead”, kemudian dikurangi dengan persedian W.I.P akhir tahun.
Contoh :
Persedian 1/1                   Rp 50.000,00
Row material used              120.000,00
Direct labor                        100.000,00
Manufacturing overhead     80.000,00
                                     Rp 350.000,00
Cost of goods manufactured     Rp 200.000,00
Persedian 31/12                              150.000,00
                                           


 

                                                     Rp 350.00,00

W.I.P turnover =                200000            = 2 x
                                (50.000+150.000): 2

c.       Finished goods turnover =             Cost of goods sold
   Average finished goods inventory
Cost of goods sold (dalam manufacturing companies) dapat diketahui dengan cara : persedian finished goods pada permulaan  tahhun ditambah dengan cost of goods manufactured, kemudian dikurangi dengan persediaan finished goods pada akhir tahun.
Contoh :
Persedian 1/1          Rp 200.000,00
W.I.P                            200.000,00
                               Rp 400.000,00
C.G.S                                 Rp 300.000,00
Persedian 31/12                       100.000,00
                                            Rp 400.00,00

Finished goods turnover =             400.000            = 2 x
                                        (200.000+100.000) : 2
Tinggi rendahnya inventory tunnovernya mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam inventory. Makin tinggi turnovernya, berarti makin cepat perputarannya, sehingga untuk memenuhi volume sales atau cost of goods sold tertentu dengan naiknya turnovernya dibutuhkan jumlah modal yang kecil.
Apabila modal yang digunakan untuk membelanjai inventory tersebut modal asing, maka kenaikan inventory turnover akan mamperkecil beban bunganya dan apabila yang digunakan modal sendiri , maka kelebihan modal tersebut dapat diinvestasikan pada aktiva lainya yang lebih efisien.
Ø     Dalam perusahaan pedagangan pada dasarnya hanya ada satu golongan inventory, yang mempunyai sifat perputaran yang sama yaitu yang disebut ” merchandise inventory” ( persedian barang dagangan). Inventory ini merupakan persedian barang yang selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses lebih lanjut di dalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan.
Tingkat perputaran barang perniagaan ( Merchandise turnover)
Dalam suatu periode tertentu dapat diketahui dengan cara sebagai berikut ;
Merchandise Turnover =                               Net Sales
Average Merchandise Inventory at sales Price
atau =                        Cost of Goods Sold
Average Merchandise Inventory at Cost
           
              Average Merchandise Inventory = Merchandise Inventory permulaan tahun + akhir tahun : 2
              Dengan mengetahui ’ turnover”-nya dapat ditentukan pula ”hari rata – rata penjualanya’ atau ’’hari rata – rata barang disimpan di gudang” , yaitu dengan membagi hari dalam satu tahun dengan persediaan rata – rata. Untuk perhitungan yang teliti sering digunakan perhitungan 1 tahun = 365 hari. tetapi banyak juga hanya memperhitungkan hari kerjanya, dan ditentukan 1 tahun = 300 hari kerja. Untuk perhitungan selanjutannya di sini akan digunakan perhitungan 1 tahun 360 hari.



              Contoh :
              Persedian barang 1/1                                                 Rp 20.000,00
              Pembelian selama 1 tahun                                             380.000,00                                                                                                      400.000,00
              Pesediaan barang 31/12                                                 40.000,00
              Harga pokok penjualan (cost of goods sold)       Rp   360.000,00
              Dari data tersebut di atas dapat dihitung turnovernya sebagai berikut :
              Average Merchandise Inventory = 20.000 + 40.000 : 2 = 30.000
Merchandise Turnover =                   360.000       =  12 x
30.000
Hari rata – rata penjualan / hari rata – rata barang disimpan di gudang =
          360 hari      =  30 hari
                12
atau 360 x average inventory       = 360 x 30.000 = 30 hari
        cost of goods sold                         360.000
2.2  Persediaan bahan mentah ( row material inventory) dan persedian barang jadi ( Finished Goods inventory)
Untuk melangsungkan usahanya dengan lancar makan kebanyakan perusahaan merasakan perlunya mempunyai persediaan bahan mentah. Besar kecilnya persediaan bahan mentah yang dimiliki oleh perusahaan ditentukan oleh berbagai faktor , antara lain :
1.      Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan persediaan yang akan dapat menghambat atau mengganggu jalanya proses produksi.
2.      Volume produksi yang direncanakan, di mana volume produksi yang direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume sales yang ditencanakan.
3.      Besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan biaya pembelian yang minimal.
4.      Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan di waktu – waktu yang akan datang.
5.      Peraturan – peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material.
6.      Harga pembelian bahan mentah.
7.      Biaya penyimpanan dan risiko penyimpanan di gudang.
8.      Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya.
Oleh karena itu banyak perusahaan merasakan perlu untuk memiliki persediaaan minimal dari bahan mentah yang harus depertahankan untuk mejamin kontinuitas usahannya, dan persediaan tersebut disebut persediaan besi/persediaan inti/persediaan minimal bahan mentah(safety stock). Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi besar – kecilnya safety stock suatu perusahaan adalah :
1.      Risiko kehabisan persediaan
Besar kecilnya risiko kehabisan persediaan tergantung pada :
Ø  Kebiasaan para laverensir menyerahkan barangnya kepada kita, apakah sesuai dengan skedul atau tidak.
Ø  Besar kecilnya jumlah bahan mentah yang dibeli setiap saat.
Ø  Tepat atau tidaknya menduga kebutuhan bahan mentah untuk produksi.
2.      Hubungan antara biaya penyimpanan di gudang di suatu pihak dengan biaya – biaya ekstra yang harus dikeluarkan sebagai akibat dari kehabisan persediaan di lain pihak
Yang termasuk biaya ekstra yang harus dikeluarkan apabila kehabisan persediaan ialah biaya pesanan pembelian darurat, biaya ekstra agar para laverensir segera menyerahkan produknya pada kita,kemungkinan kerugian karena adanya stagnasi produksi dan lain – lain. Bila biaya ekstra lebih besar dibandingkan dengan biaya penyimpanan, maka perlu adanya safety stock yang besar. Begitu pula sebaliknya. Jumlah investasi dalam safety stock  sebaik – baiknya ialah pada tingkat di mana tambahan biaya penyimpanan adalah sama besarnya dengan biaya ekstra karena kehabisan persediaan.
Selain mempertahankan persediaan bahan mentah, perusahaan juga perlu mempertahankan persediaan minimal barang jadi uuntuk menghadapi pesanan – pesanaan ekstra di atas
pesanan normal.Besarnya persediaan minimal atau safety stock barang jadi ini tidak sama esensinya bagi setiap perusahaan. Adapun Faktor – faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan minimal barang jadi adalah :
Ø     Sifat penyesuaian skedul produksi dengan pesanaan ekstra
Adakala suatu perusahaan sering mendapat pesanan ekstra di atas volume normal. Selama perusahaan dengan mudah dapat menyesuaikan skedul produksinya dengan pasanaan – pasanaan ekstra tersebut tanpa adanya tambahan biaya ekstra, maka perusahaan ini tidak memerlukan adanya persediaan yang besar. Tetapi bila perusahaan tidak dapat segera menyesuaikan skedul produksinya dengan pesanan ekstra, maka pereusahaan itu mempertahankan persediaan barang jadi yang relatif besar.
Ø     Sifat persaingan industri
Apabila suatu perusahaan tersebut termasuk dalam industri di mana penyerahan pesanan yang dapat merupakan bentuk persaingan umumnya, maka bagi jenis perusahaan ini perlu mempertahankan adanya persediaan barang jadi yang relatif lebih besar dalam hubungannya dengan sales-nya dibandingkan dengan perusahaan lain di mana bentuk persingan utamanya terletak pada harga atau kualitas.
Ø Hubungan antara biaya penyimpanan di gudang (carrying cost) dengan biaya kerana kehabisan persediaan (stockout cost)
Biaya karana kehabisan persediaan atau stockout cost mungkin dalam bentuknya biaya ekstra produksi, kehabisan kesempatan mendapatkan keuntungan kerana tidak dapat memenuhi pesanan. Apabila inventory Carrying Cost-nya lebih kecil daripada stockout costnya perusahaan dapat mempertahankan persediaan barang jadi yang lebih besar. Jumlah investasi dalam persediaan minimal barang jadi yang sebaiknya ialah pada tingkat di mana tambahan carrying cost sama besar dengan tambahan stouckout cost.


2.3  Hubungan skedul aliran kas dengan skedul penerimaan bahan mentah dan pengiriman barang jadi
Apabila pembelian bahan mentah dilakukan dengan tuni maka saat masuknya bahan mentah secara fisik ke dalam perusahaan bersamaan dengan saat aliran kas keluar. Demikian pula apabila penjualan barang jadi dilakukan dengan tunai maka saat keluarnya barang jadi dari gudang adalah bersamaan dengan saat aliran kas masuk.
Tetapi apabila pembelian bahan mentah maupuun penjualan barang jadi dilakukan dengan kredit maka saat masuk atau keluarnya barang secara fisik tidak bersamaan dengan saat aliran kas masuk atau keluar.Dalam hubungan ini financial officer lebih berkepentingan pada saat terjadinya aliran uang keluar atau aliran uang masuk daripada saat masuk atau keluarnyabarang secara fisik. Dalam pembelian kredit, saat aliran kas keluarnya (cash outflow) adalah lebih kemudian daripada saat datangnya barang secara fisik. Estimasi aliran kas keluar yang terjadi karena pembelian bahan mentah secara kredit dapat disusun dalam skedul pembayaran utang atau “schedule of future payments.
Pada perusahaan besar pada umumya menjual produk akhirnya dengan kredit, yang berarti bahwa saat penjualan adalah berbeda dengan saat penerimaan kas atau “cash inflows”. Cash inflow yang terjadi kerena penjualan barang jadi dapat direncanakan dengan menyusun”Schedule of future receipt” atau skedul penerimaan piutang.
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan
            Pada hakekatnya, pengelolaan segala jenis aktiva merupakan masalah persediaan, metode analisis yang sama berlaku juga dalam manajemen kas dan aktiva tetap. Dalam kegiatan meminjam uang, membeli bahan baku atau dalam proses membeli mesin dan peralatan lebih murah bila kita membeli lebih banyak dari pada sekedar untuk memenuhi kebutuhan mendadak. Dengan pandangan ini kita bisa kembangkan dasar teoritis untuk proses menentukan besarnya pembelian yang optimal, yang juga berarti menentukan investasi yang optimal, yang juga berarti menentukan investasi yang optimal pada persediaan dan kapan waktunya untuk menerima kembali model yang dibahas mengandung suatu pertimbangan untung-rugi (trade of) antara biaya-biaya yang makin naik ataupun yang makin berkurang.
            Biaya penyimpanan akan naik apabila persediaan bertambah besar, kenaikan ini diakibatkan oleh pesanan-pesanan yang lebih besar dan jarang dilakukan. Namun apabila pesanan dalam jumlah besar dan jarang dilakukan ini mengakibatkan biaya pemesanan lebih rendah.
            Sasaran perusahaan adalah mengembangkan dua jenis faktor ini (besarnya dan frekuensi pesanan) dalam usaha meminimalisir biaya investasi dan biaya pemesanan persediaan.
Jenis Biaya
            Langkah pertama yang kita lakukan dalam prosesw menyusun suatu model persediaan adalah merumuskan biaya-biaya yang naik dan yang turun seirama dengan frekuensi pesanan serta hasil akhir dari besarnya persediaan. Berikut Daftar biaya yang berkaitan dengan pesanan.
  1. Biaya Penyimpanan
1.      Biaya Gudang
2.      Biaya Asuransi
3.      Pajak Kekayaan
4.      Biaya Modal
5.      Penyusutan dan keusangan
  1. Biaya Pemesanan
1.      Biaya memesan atau biaya penyetelan mesin (setup cost)
2.      Biaya pengiriman
3.      Potongan harga karena jumlah pembelian besar
  1. Biaya persediaan
1.      Kehilangan penjualan
2.      kehilangan kepercayaan pelanggan
3.      Gangguan jadwal produksi
Secara umum, semakin besarnya persediaan, makin besar pula biaya gudang, asuransi, dan pajak kekayaan. Biaya pergudangan lebih terkait langsung dengan besarnya biaya persediaan dari pada dengan nilai barang yang dibeli, akan tetapi jenis biaya-biaya penyimpanan yang lain bisa naik turun mengikuti persediaan. Selain itu barang yang lebih berharga nilainya memerlukan tambahan perlindungan dan penjagaan. Dengan demikian sering kali biaya gudang dan biaya-biaya penyimpanan besarnya diukur dengan sekian persen terhadap nilai persediaan, karena biaya penyimpanan termasuk ke dalam biaya variabel.       
Pengelompokan kedua adalah biaya pemesanan. Yang dimaksud dengan biaya pemesanan adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memesan barang apabila barang tersebut dibeli dari pihak lain, dan biaya penyetelan mesin bila barang tersebut diproduksi sendiri. Biaya pemesanan mencangkup biaya menerima dan biaya memeriksa bahan serta biaya pembayaran faktur.
Pada kenyataannya sangat sulit membedakan secara tegas yang membedakan biaya pemesanan yang variabel dan yang  tetap. Biaya-biaya yang diperlukan untuk menjalankan bagian pesanan ( gaji bagian pembelian, pengetikan, penerimaan tamu, dan telepon) bisa dianggap sebagai biaya tetap. Dengan adanya fasilitas bagian pembelian yang pokok ini, biaya untuk menambah jumlah pesanan sampai suatu waktutertentu mungkin reltif kecil. Bila jumlah pesanan terus bertambah pada titik tertentu yang mungkin dirasa perlu untuk menambah kapasitas pembelian, dalamhal ini biaya pemesanan termasuk biaya variabel.
Persediaan pengamanan maksudnya adalah persediaan yang disimpan perusahaan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kehabisan barang-barang untuk dijual. Jika persediaan pengaman tidak mencukupi, perusahaan akan menanggung rugi karena kehilangan kesempatan untuk menjual dan hilangnya kepercayaan pelanggan. Bila kita berbicara mengenai suatu sistem produksi massal, maka kehabisan persediaan bisa saja berdampak pada bertambahnya waktu lembur dan gangguan-gangguan lain terhadap jadual produksi.
Setelah kita mengelompokan biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan, marilah kita membahas model persediaan yang mendasar, misalnya
PT Dioneco berharap bias menjual produknya sebanyak 3.600 unit selama tahun 2009, dan perusahaan benar-benar yakin akan mampu mencapainya. Biaya penyimpanan dinyatakan 25% terhadap harga pokok pesediaan.Biaya penyimpanan er unit adalah Rp 10.000/ tahun. Biaya pemesanan tetap ( fixced order cost ) Rp 5.400.000/ tahun. Harga beli per unit persediaan R 40.000, dan unit pemakaian per tahun 3.600 unit. Secara lebih rinci, data-data tersebut adalah sebagai berikut.
A            : persediaan rata-rata
CP          : Biaya penyimpanan dinyatakan dalam nilai rupiah per unit persediaan Rp   10.000/ tahun
C          : Biaya penyimpanan dinyatakan persentase terhadap harga pokok persediaan 25% / tahun
EOQ      : Kuantitas Pesanan Ekonomik ( Economic Order Quality )
F            : biaya persediaan tetap Rp 5.400.000/ tahun
N           : Jumlah pesanan per tahun = U/Q
P            : Harga beli per unit persediaan Rp 40.0000
Q           : Kuantitas pesanan
S            : Persediaan engamanan
T            : Total biaya persediaan
U           : Unit pemakaian per tahun 3.600 unit
V           : Biaya emesanan variable per pesanan Rp 125.000
Biaya Penyimpanan (Carrying Costs)
                          Biaya penyimpanan pada setiap perusahaan berbeda-beda, walaupun cenderung berada sekitar 20%-25% dari nilai persediaan. Sedangkan biaya gudang dan asuransi bias bermacam-macam tergantung jenis barang dan juga nilai barang. Keusangan, enyusutan, dan kerusakan jelas ditentukan oleh jenis barang. Biaya-biaya penyimpanan untuk barang-barang yang standar, barang pokok biasanya relative lebih rendah. Biaya bias tinggi untuk jenis barang yang tidak tahan lama.
Dalam contoh PT Dioneco ini, kita asumsikan perusahaan meruakan penyalur (distributor) sehingga ia tidak memptoduksi barang yang dijualnya. Pada awalnya kita anggap tidak ada persediaan pengamanan, jadi biaya pemesanan meningkat searah dengan jumlah rata-rata persediaan yang disiman. Untuk menentukan besarnya total biaya penyimpanan, digunakan rumus :
TOTAL BIAYA PENYIMPANAN = (C) (P) (A)
 
 



 Bila perusahaan memutuskan untuk memesan sekali saja dalam setahun, maka persediaan rata-rata adalah 3600/2 = 1.800 unit
TOTAL BIAYA PENYIMPANAN = 0,25 x R 40.000 x 1.800 unit
                                                           = Rp 18.000.000
Biaya Pesanan
TOTAL BIAYA PESANAN = F + (V) (N)
 
Untuk menghitung total biaya pesaan, dapat digunakan rumus :


Apabila kitamasukan data yang terdapat pada PT Dioneco, maka besarnya baya penyimanan adalah :
TOTAL BIAYA PENYIMPANAN = F + (V) (N)
                                                           = Rp 5.400.000 + Rp 125.000 ( 3.600/Q )

Model EOQ /Economical Order Quantity ( Pesanan Yang Paling Murah ) Pada Perusahaan Ditributor
EOQ merupakan konsep yang paling penting dalam pengendalian persediaan bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi. Dalam analisa ini kita berusaha untuk menentukan berapa besarnya pesanan yang paling ekonomis dalam satu periode tertentu. Secara matematis, EOQ untuk perusahaan distributor dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut.


EOQ   =
 
 



Jika kita hubungkan dengan data pada PT Dioneco, maka besarnya EOQ pada perusahaan tersebut adalah :
EOQ   =
             =
             = = 300 unit

EOQ Pada Barang Produksi sendiri
            Pembahasan selama ini selalu menganggap bahwa persediaan bias diterima dari luar sekaligus, tetapi kenyataannya menunjukan bahwa banyak perusahaan yang membuat sendiri dengan jumlah R unit tiap harinya. Bila perusahaan memproduksi sendiri barangnya, marilah kita menghitung kuantitas pesanan ekonomisnya ( EOQ ). Kita anggap saja perusahaan mampu memproduksi sebanyak R = 4.800 unit/ tahun. Dalam menentukan EOQ, kita perlu mengetahui biaya pesanan ( ordering cost )dan biaya penyimpanan ( cariying cost ). Jumlah persediaan maksimum bias kita ketahui dari perkalian jumlah hari dalam satu kali produksi dengan tingkat kenaikan persediaan per hari. Jumlah hari dalam satu kali oprasi produksi ( lamanya produksi ) merupakan hasil jumlah unit per produksi ( jumlah pesanan ) dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi sehari. Maka bentuk persamaannya adalah :
Lamannya 1 kali produksi                   =
Tingkat Kenaikan Persediaan per hari            =
Jadi jumlah persediaan maksimum adalah
Persediaan maksimum =
Persediaan rata-rata (A) adalah setengah dari jumlah maksimum, maka (A) dapat dicari dengan rumus
A         =
            =
Langkah terakhir dalam penetapan biaya penyimanan adalah mengalikan persediaan rata-rata dengan biaya penyimanan per unit (CP)
Total Biaya Penyimpanan       = (C)(P)
Total biaya pesanan dapat dinyatakan persis sama dengan sebelumnya, oleh karena itu tingkat roduksi tidak mempunyai pengaruh pada biaya per pesanan, dengan demikian tptal biaya pemesanannya adalah
Total biaya pemesanan  = F + (V)(N)
                                       = F + (V) )
Dengan menjumlahkan biaya penyimpanan dan pemesanan, kita peroleh total biaya persediaan adalah sebagai berikut.
T = CP(1-) + F + (V) )
Bila persamaan tersebut kita diferensiasikan dan kita samakan dengaan nol, maka akan kita peroleh Q dan kita menemilisasikan total biaya persediaan adalah sebagai berikut :
 =
      
    
   
     EOQ =
Bila kita masukan angka – angka yang terdapat pada PT Dioneco, maka besarnya EOQ adalah sebagai berikut.
EOQ    =
            =
            = 600 unit untuk tiap kali produksi
Persediaan rata-rata :
A =
    = (1-
    = 75 unit
Perbedaan antara perusahaan sebagai distributor dan produsen adalah bahwa kuantitas pesanan ekonomiknya (EOQ) naik dari 300 unit menjadi 600 unit dan total biaya persediaan sebagai distributor adalah Rp 8.400.000, sedangkan apabila sebagai produsen, maka :
T = CP
    = 0,25 (40.000) 600/2 (1 – 3.600/600 ) + 5.400.000 + 125.000 ( 3.600/600)
    = 750.000 + 5.400.000 + 750.000
    = 6.900.000
    
Jadi, sebagai produsenr, biaya persediaannya lebih rendah dibandingkan saat menjadi distributor, yaitu sebesar Rp 6.900.000.


















BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja dan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan. Persediaan meliputi 3 macam yang utama yaitu : 1) bahan baku, (2) barang dalam proses, dan (3) barang jadi. Metode pembelian yang ekonomis (Economic Order Quantity) adalah jumlah kuantitas barang  yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal.
Dalam perusahaan pabrikase terdapat 3 golongan inventory utama, yaitu persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barand jadi. Pada perusahaan perdagangan hanya ada satu golongan inventory yang disebut dengan merchandise inventory. Turnover digunakan untuk menentukan besar kecilnya modal yang diperlukan dalam pembelian inventory.
Persediaan barang mentah minimal diperlukan untuk menjamin kontinuitas produksi. Persediaan ini dikenal dengan persediaan besi. Persediaan barang jadi minimal diperlukan untuk menjaga apabila ada pesanan ekstra yang melebihi volume pesanan normal.
Apabila pembelian bahan mentah atau penjualan bahan jadi dilakukan secara tunai maka keluar masuknya barang secara fisik bersamaan dengan aliran kas. Namun apabila pembelian bahan mentah atau penjualan bahan jadi dilakuakan secara kredit maka aliran kas akan terjadi kemudian setelah keluar masuknya barang secara fisik.
Biaya dapat digolongkan menjadi Biaya Penyimpanan (Biaya Gudang,Biaya Asuransi,Pajak Kekayaan,Biaya Modal,Penyusutan dan keusangan), Biaya Pemesanan(Biaya memesan atau biaya penyetelan mesin (setup cost),Biaya pengiriman,Potongan harga karena jumlah pembelian besar), dan Biaya persediaan (Kehilangan penjualan, kehilangan kepercayaan pelanggan ,Gangguan jadwal produksi). EOQ merupakan konsep yang paling penting dalam pengendalian persediaan bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi.

3.2  SARAN
Bagi perusahaan penentuan investasi dalan persediaan sangatlah penting karena sangat mempengaruhi laba yang akan diperolah perusahaan. Oleh kerena itu penentuan investasi persediaan dilakukan sebaik mungkin.
Bagi mahasiswa mempelajari investasi persedian sangatlah bermanfaat karena sangatlah penting jika nanti terjun dalam dunia usaha.

























DAFTAR PUSTAKA
-     Riyanto, Bambang. 1997. Dasar – Dasar Pembelajaran Perusahaan Edisi ke-4. Yogyakarta: BPFE
-     Weston,Fred. Thomas E. Copeland.1996. Manajemen Keuangan edisi ke-8. Jakarta: Penerbit Erlangga
-     Napa J. Awat.1999. Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
-     Rangkuti,Freddy. 2000. Manajemen persediaan. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
            Masalah persediaan mendapat tempat yang penting dalam mata kuliah manajemen keuangan atau pembelanjaan karena termasuk salah satu unsur modal kerja. Dengan demikian, apabila manajemen produksi dapat menetapkan berapa jumlah bahan baku yang dipesan, dan kapan melakukan pesanan, maka informasi tersebut sangat berguna bagi manajemen keuangan untuk menetapkan berapa jumlah uang yang perlu disediakan untuk pembelian bahan baku tersebut dan kapan perlu disediakan dana itu.
Persediaan dan piutang dagang merupakan dua elemen terbesar dalam aktiva lancar perusahaan. Secara bersama – sama kedua jenis aktiva ini mencakup hampir 80% dari nialai aktiva lancar dan lebih dari 30% dari total aktiva pada industri pabrikase ( data di amerika serikat pada tahun 1982).
Sementara rumitnya model – model dalam pengambilan keputusan persedian mungkin lebih sesuai bila dibahas dalam manajemen operasi, tetapi para menejer keuangan seharusnya juga berkepentingan pada masalah persedian sebagai satu bagian keseluruhan siklus arus kas, manajer keuangan harus memahami pola berpikir yang ada pada model pengendalian persediaan, yang menjadi salah satu model matematis yang paling banyak digunakan di dunia uasaha, dan yang bisa diterapkan secara lebih umum selain pada masalah persediaan.
Sehingga pokok bahasan mengenai pengendalian investasi pada persedian sangat penting untuk dibahas. Sebab berbagai model persediaan yang dikembangkan sebagai alat bantu dalam proses pengendalian ini telah terbukti sangat bermanfaat dalam meminimisasi biaya – biaya persediaan.




I.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1.                  Apa pengertian, jenis – jenis dan perputaran dari persediaan?
1.2.2.                  Apa yang dimaksud persediaan bahan mentah ( row material inventory) dan persedian barang jadi ( Finished Goods inventory) ?
1.2.3.                  Bagaimana hubungan skedul aliran kas dengan skedul penerimaan bahan mentah dan pengiriman barang jadi ?
1.2.4.                  Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan ?

I.3 TUJUAN PEMBAHASAN
1.3.1.                  Dapat mengetahui pengertian, jenis – jenis dan perputaran dari persediaan.
1.3.2.                  Mengetahui persediaan bahan mentah ( row material inventory) dan persedian barang jadi ( Finished Goods inventory).
1.3.3.                Mengetahui hubungan skedul aliran kas dengan skedul penerimaan bahan mentah dan pengiriman barang jadi .
1.3.4.                  Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya persediaan .














BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persediaan, jenis – jenis dan perputaran persediaan
            Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja dan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan. Masalah penentuan besarnya investasi dalam persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan.
Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keusangan, sehingga semua ini akan memperkecil keuntungan perusahaan.
Demikian pila sebaliknya, adanya investasi yang terlalu kecil dalam inventory akan mempunyai efek yang menekan keuntungan juga, karena kekurangan material, perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas produksi yang optimal. Oleh kerana perusahaan tidak bekerja dengan full-capacity, berarti bahwa “capital assets’’ dan “direct labor” tidak dapat didayaginakan dengan sepenuhnya, sehingga hal ini akan mempertinggi biaya produksi rata – ratanya, yang pada akhirnya akan menekan keuntungan yang diperolehnya.
Jenis – jenis  persediaan dan tingkat perputarannya ( Tunnovernya) :
Ø Pada dasarnya persediaan-persediaan pabrikase (manufacturing) pada umumnya mempunyai 3 jenis persediaan, yaitu (1) bahan baku, (2) barang dalam proses, dan (3) barang jadi. Secara umum besarnya persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan produksi, sifat musiman dari produksi, serta efisiensi penjualan pembelian dan kegiatan produksi.
       Persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi (waktu yang dibutuhkan antara 1 bahan baku masuk ke proses produksi) dengan barang jadi. Perputaran persediaan bisa dilakukan dengan menyempurnakan tekhnik-tekhnik rekayasa, sehingga proses pengolahan bisa dipercepat, cara lain dengan membeli bahan-bahan dan tidak memproduksinya sendiri.
Cara menghitung turnover inventory dalm perusahaan produksi (pabrikase/manufacturing) :
a.       Row material turnover =    cost of row material used
                                                                          AVERAGE RAW MATERIAL INVENTORY
Cost of row meterial used ( biaya bahan mentah yang dimasukkan dalam proses produksi / digunakan) dapat diketahui dengan cara : persedian bahan mentah permulaan tahun ditambah dengan jumlah bahan mentah yang dibeli selama setahun setelah dikurangi dengan ’return & allowance”, kemudian dikurangi dengan persediaan bahan mentah akhir tahun.
Contoh :
Persedian 1/1            Rp 30.000,00
Pembelian setahun       100.000,00
                              
                               Rp 130.000,00
Cost of row material used 
(ke W.I.P)                          Rp 120.000,00
Persedian 31/12                        10.000,00
                                            Rp 130.00,00
Row material turnover =             120000            = 6 x
                                        (30.000+10.000) : 2
b.      Goods in process/ Work in process turnover =
Cost of goods manufactured
Average work in process inventory
Cost of goods manufactured dapat diketahui dengan cara : persedian work in proscess (W.I.P) pada permulaan tahun ditambah dengan ”cost of row material used”, ”direct labor”, dan ”manufacturing overrhead”, kemudian dikurangi dengan persedian W.I.P akhir tahun.
Contoh :
Persedian 1/1                   Rp 50.000,00
Row material used              120.000,00
Direct labor                        100.000,00
Manufacturing overhead     80.000,00
                                     Rp 350.000,00
Cost of goods manufactured     Rp 200.000,00
Persedian 31/12                              150.000,00
                                           


 

                                                     Rp 350.00,00

W.I.P turnover =                200000            = 2 x
                                (50.000+150.000): 2

c.       Finished goods turnover =             Cost of goods sold
   Average finished goods inventory
Cost of goods sold (dalam manufacturing companies) dapat diketahui dengan cara : persedian finished goods pada permulaan  tahhun ditambah dengan cost of goods manufactured, kemudian dikurangi dengan persediaan finished goods pada akhir tahun.
Contoh :
Persedian 1/1          Rp 200.000,00
W.I.P                            200.000,00
                               Rp 400.000,00
C.G.S                                 Rp 300.000,00
Persedian 31/12                       100.000,00
                                            Rp 400.00,00

Finished goods turnover =             400.000            = 2 x
                                        (200.000+100.000) : 2
Tinggi rendahnya inventory tunnovernya mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam inventory. Makin tinggi turnovernya, berarti makin cepat perputarannya, sehingga untuk memenuhi volume sales atau cost of goods sold tertentu dengan naiknya turnovernya dibutuhkan jumlah modal yang kecil.
Apabila modal yang digunakan untuk membelanjai inventory tersebut modal asing, maka kenaikan inventory turnover akan mamperkecil beban bunganya dan apabila yang digunakan modal sendiri , maka kelebihan modal tersebut dapat diinvestasikan pada aktiva lainya yang lebih efisien.
Ø     Dalam perusahaan pedagangan pada dasarnya hanya ada satu golongan inventory, yang mempunyai sifat perputaran yang sama yaitu yang disebut ” merchandise inventory” ( persedian barang dagangan). Inventory ini merupakan persedian barang yang selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses lebih lanjut di dalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan.
Tingkat perputaran barang perniagaan ( Merchandise turnover)
Dalam suatu periode tertentu dapat diketahui dengan cara sebagai berikut ;
Merchandise Turnover =                               Net Sales
Average Merchandise Inventory at sales Price
atau =                        Cost of Goods Sold
Average Merchandise Inventory at Cost
           
              Average Merchandise Inventory = Merchandise Inventory permulaan tahun + akhir tahun : 2
              Dengan mengetahui ’ turnover”-nya dapat ditentukan pula ”hari rata – rata penjualanya’ atau ’’hari rata – rata barang disimpan di gudang” , yaitu dengan membagi hari dalam satu tahun dengan persediaan rata – rata. Untuk perhitungan yang teliti sering digunakan perhitungan 1 tahun = 365 hari. tetapi banyak juga hanya memperhitungkan hari kerjanya, dan ditentukan 1 tahun = 300 hari kerja. Untuk perhitungan selanjutannya di sini akan digunakan perhitungan 1 tahun 360 hari.



              Contoh :
              Persedian barang 1/1                                                 Rp 20.000,00
              Pembelian selama 1 tahun                                             380.000,00                                                                                                      400.000,00
              Pesediaan barang 31/12                                                 40.000,00
              Harga pokok penjualan (cost of goods sold)       Rp   360.000,00
              Dari data tersebut di atas dapat dihitung turnovernya sebagai berikut :
              Average Merchandise Inventory = 20.000 + 40.000 : 2 = 30.000
Merchandise Turnover =                   360.000       =  12 x
30.000
Hari rata – rata penjualan / hari rata – rata barang disimpan di gudang =
          360 hari      =  30 hari
                12
atau 360 x average inventory       = 360 x 30.000 = 30 hari
        cost of goods sold                         360.000
2.2  Persediaan bahan mentah ( row material inventory) dan persedian barang jadi ( Finished Goods inventory)
Untuk melangsungkan usahanya dengan lancar makan kebanyakan perusahaan merasakan perlunya mempunyai persediaan bahan mentah. Besar kecilnya persediaan bahan mentah yang dimiliki oleh perusahaan ditentukan oleh berbagai faktor , antara lain :
1.      Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan persediaan yang akan dapat menghambat atau mengganggu jalanya proses produksi.
2.      Volume produksi yang direncanakan, di mana volume produksi yang direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume sales yang ditencanakan.
3.      Besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan biaya pembelian yang minimal.
4.      Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan di waktu – waktu yang akan datang.
5.      Peraturan – peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material.
6.      Harga pembelian bahan mentah.
7.      Biaya penyimpanan dan risiko penyimpanan di gudang.
8.      Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya.
Oleh karena itu banyak perusahaan merasakan perlu untuk memiliki persediaaan minimal dari bahan mentah yang harus depertahankan untuk mejamin kontinuitas usahannya, dan persediaan tersebut disebut persediaan besi/persediaan inti/persediaan minimal bahan mentah(safety stock). Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi besar – kecilnya safety stock suatu perusahaan adalah :
1.      Risiko kehabisan persediaan
Besar kecilnya risiko kehabisan persediaan tergantung pada :
Ø  Kebiasaan para laverensir menyerahkan barangnya kepada kita, apakah sesuai dengan skedul atau tidak.
Ø  Besar kecilnya jumlah bahan mentah yang dibeli setiap saat.
Ø  Tepat atau tidaknya menduga kebutuhan bahan mentah untuk produksi.
2.      Hubungan antara biaya penyimpanan di gudang di suatu pihak dengan biaya – biaya ekstra yang harus dikeluarkan sebagai akibat dari kehabisan persediaan di lain pihak
Yang termasuk biaya ekstra yang harus dikeluarkan apabila kehabisan persediaan ialah biaya pesanan pembelian darurat, biaya ekstra agar para laverensir segera menyerahkan produknya pada kita,kemungkinan kerugian karena adanya stagnasi produksi dan lain – lain. Bila biaya ekstra lebih besar dibandingkan dengan biaya penyimpanan, maka perlu adanya safety stock yang besar. Begitu pula sebaliknya. Jumlah investasi dalam safety stock  sebaik – baiknya ialah pada tingkat di mana tambahan biaya penyimpanan adalah sama besarnya dengan biaya ekstra karena kehabisan persediaan.
Selain mempertahankan persediaan bahan mentah, perusahaan juga perlu mempertahankan persediaan minimal barang jadi uuntuk menghadapi pesanan – pesanaan ekstra di atas
pesanan normal.Besarnya persediaan minimal atau safety stock barang jadi ini tidak sama esensinya bagi setiap perusahaan. Adapun Faktor – faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan minimal barang jadi adalah :
Ø     Sifat penyesuaian skedul produksi dengan pesanaan ekstra
Adakala suatu perusahaan sering mendapat pesanan ekstra di atas volume normal. Selama perusahaan dengan mudah dapat menyesuaikan skedul produksinya dengan pasanaan – pasanaan ekstra tersebut tanpa adanya tambahan biaya ekstra, maka perusahaan ini tidak memerlukan adanya persediaan yang besar. Tetapi bila perusahaan tidak dapat segera menyesuaikan skedul produksinya dengan pesanan ekstra, maka pereusahaan itu mempertahankan persediaan barang jadi yang relatif besar.
Ø     Sifat persaingan industri
Apabila suatu perusahaan tersebut termasuk dalam industri di mana penyerahan pesanan yang dapat merupakan bentuk persaingan umumnya, maka bagi jenis perusahaan ini perlu mempertahankan adanya persediaan barang jadi yang relatif lebih besar dalam hubungannya dengan sales-nya dibandingkan dengan perusahaan lain di mana bentuk persingan utamanya terletak pada harga atau kualitas.
Ø Hubungan antara biaya penyimpanan di gudang (carrying cost) dengan biaya kerana kehabisan persediaan (stockout cost)
Biaya karana kehabisan persediaan atau stockout cost mungkin dalam bentuknya biaya ekstra produksi, kehabisan kesempatan mendapatkan keuntungan kerana tidak dapat memenuhi pesanan. Apabila inventory Carrying Cost-nya lebih kecil daripada stockout costnya perusahaan dapat mempertahankan persediaan barang jadi yang lebih besar. Jumlah investasi dalam persediaan minimal barang jadi yang sebaiknya ialah pada tingkat di mana tambahan carrying cost sama besar dengan tambahan stouckout cost.


2.3  Hubungan skedul aliran kas dengan skedul penerimaan bahan mentah dan pengiriman barang jadi
Apabila pembelian bahan mentah dilakukan dengan tuni maka saat masuknya bahan mentah secara fisik ke dalam perusahaan bersamaan dengan saat aliran kas keluar. Demikian pula apabila penjualan barang jadi dilakukan dengan tunai maka saat keluarnya barang jadi dari gudang adalah bersamaan dengan saat aliran kas masuk.
Tetapi apabila pembelian bahan mentah maupuun penjualan barang jadi dilakukan dengan kredit maka saat masuk atau keluarnya barang secara fisik tidak bersamaan dengan saat aliran kas masuk atau keluar.Dalam hubungan ini financial officer lebih berkepentingan pada saat terjadinya aliran uang keluar atau aliran uang masuk daripada saat masuk atau keluarnyabarang secara fisik. Dalam pembelian kredit, saat aliran kas keluarnya (cash outflow) adalah lebih kemudian daripada saat datangnya barang secara fisik. Estimasi aliran kas keluar yang terjadi karena pembelian bahan mentah secara kredit dapat disusun dalam skedul pembayaran utang atau “schedule of future payments.
Pada perusahaan besar pada umumya menjual produk akhirnya dengan kredit, yang berarti bahwa saat penjualan adalah berbeda dengan saat penerimaan kas atau “cash inflows”. Cash inflow yang terjadi kerena penjualan barang jadi dapat direncanakan dengan menyusun”Schedule of future receipt” atau skedul penerimaan piutang.
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan
            Pada hakekatnya, pengelolaan segala jenis aktiva merupakan masalah persediaan, metode analisis yang sama berlaku juga dalam manajemen kas dan aktiva tetap. Dalam kegiatan meminjam uang, membeli bahan baku atau dalam proses membeli mesin dan peralatan lebih murah bila kita membeli lebih banyak dari pada sekedar untuk memenuhi kebutuhan mendadak. Dengan pandangan ini kita bisa kembangkan dasar teoritis untuk proses menentukan besarnya pembelian yang optimal, yang juga berarti menentukan investasi yang optimal, yang juga berarti menentukan investasi yang optimal pada persediaan dan kapan waktunya untuk menerima kembali model yang dibahas mengandung suatu pertimbangan untung-rugi (trade of) antara biaya-biaya yang makin naik ataupun yang makin berkurang.
            Biaya penyimpanan akan naik apabila persediaan bertambah besar, kenaikan ini diakibatkan oleh pesanan-pesanan yang lebih besar dan jarang dilakukan. Namun apabila pesanan dalam jumlah besar dan jarang dilakukan ini mengakibatkan biaya pemesanan lebih rendah.
            Sasaran perusahaan adalah mengembangkan dua jenis faktor ini (besarnya dan frekuensi pesanan) dalam usaha meminimalisir biaya investasi dan biaya pemesanan persediaan.
Jenis Biaya
            Langkah pertama yang kita lakukan dalam prosesw menyusun suatu model persediaan adalah merumuskan biaya-biaya yang naik dan yang turun seirama dengan frekuensi pesanan serta hasil akhir dari besarnya persediaan. Berikut Daftar biaya yang berkaitan dengan pesanan.
  1. Biaya Penyimpanan
1.      Biaya Gudang
2.      Biaya Asuransi
3.      Pajak Kekayaan
4.      Biaya Modal
5.      Penyusutan dan keusangan
  1. Biaya Pemesanan
1.      Biaya memesan atau biaya penyetelan mesin (setup cost)
2.      Biaya pengiriman
3.      Potongan harga karena jumlah pembelian besar
  1. Biaya persediaan
1.      Kehilangan penjualan
2.      kehilangan kepercayaan pelanggan
3.      Gangguan jadwal produksi
Secara umum, semakin besarnya persediaan, makin besar pula biaya gudang, asuransi, dan pajak kekayaan. Biaya pergudangan lebih terkait langsung dengan besarnya biaya persediaan dari pada dengan nilai barang yang dibeli, akan tetapi jenis biaya-biaya penyimpanan yang lain bisa naik turun mengikuti persediaan. Selain itu barang yang lebih berharga nilainya memerlukan tambahan perlindungan dan penjagaan. Dengan demikian sering kali biaya gudang dan biaya-biaya penyimpanan besarnya diukur dengan sekian persen terhadap nilai persediaan, karena biaya penyimpanan termasuk ke dalam biaya variabel.       
Pengelompokan kedua adalah biaya pemesanan. Yang dimaksud dengan biaya pemesanan adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memesan barang apabila barang tersebut dibeli dari pihak lain, dan biaya penyetelan mesin bila barang tersebut diproduksi sendiri. Biaya pemesanan mencangkup biaya menerima dan biaya memeriksa bahan serta biaya pembayaran faktur.
Pada kenyataannya sangat sulit membedakan secara tegas yang membedakan biaya pemesanan yang variabel dan yang  tetap. Biaya-biaya yang diperlukan untuk menjalankan bagian pesanan ( gaji bagian pembelian, pengetikan, penerimaan tamu, dan telepon) bisa dianggap sebagai biaya tetap. Dengan adanya fasilitas bagian pembelian yang pokok ini, biaya untuk menambah jumlah pesanan sampai suatu waktutertentu mungkin reltif kecil. Bila jumlah pesanan terus bertambah pada titik tertentu yang mungkin dirasa perlu untuk menambah kapasitas pembelian, dalamhal ini biaya pemesanan termasuk biaya variabel.
Persediaan pengamanan maksudnya adalah persediaan yang disimpan perusahaan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kehabisan barang-barang untuk dijual. Jika persediaan pengaman tidak mencukupi, perusahaan akan menanggung rugi karena kehilangan kesempatan untuk menjual dan hilangnya kepercayaan pelanggan. Bila kita berbicara mengenai suatu sistem produksi massal, maka kehabisan persediaan bisa saja berdampak pada bertambahnya waktu lembur dan gangguan-gangguan lain terhadap jadual produksi.
Setelah kita mengelompokan biaya-biaya yang berhubungan dengan persediaan, marilah kita membahas model persediaan yang mendasar, misalnya
PT Dioneco berharap bias menjual produknya sebanyak 3.600 unit selama tahun 2009, dan perusahaan benar-benar yakin akan mampu mencapainya. Biaya penyimpanan dinyatakan 25% terhadap harga pokok pesediaan.Biaya penyimpanan er unit adalah Rp 10.000/ tahun. Biaya pemesanan tetap ( fixced order cost ) Rp 5.400.000/ tahun. Harga beli per unit persediaan R 40.000, dan unit pemakaian per tahun 3.600 unit. Secara lebih rinci, data-data tersebut adalah sebagai berikut.
A            : persediaan rata-rata
CP          : Biaya penyimpanan dinyatakan dalam nilai rupiah per unit persediaan Rp   10.000/ tahun
C          : Biaya penyimpanan dinyatakan persentase terhadap harga pokok persediaan 25% / tahun
EOQ      : Kuantitas Pesanan Ekonomik ( Economic Order Quality )
F            : biaya persediaan tetap Rp 5.400.000/ tahun
N           : Jumlah pesanan per tahun = U/Q
P            : Harga beli per unit persediaan Rp 40.0000
Q           : Kuantitas pesanan
S            : Persediaan engamanan
T            : Total biaya persediaan
U           : Unit pemakaian per tahun 3.600 unit
V           : Biaya emesanan variable per pesanan Rp 125.000
Biaya Penyimpanan (Carrying Costs)
                          Biaya penyimpanan pada setiap perusahaan berbeda-beda, walaupun cenderung berada sekitar 20%-25% dari nilai persediaan. Sedangkan biaya gudang dan asuransi bias bermacam-macam tergantung jenis barang dan juga nilai barang. Keusangan, enyusutan, dan kerusakan jelas ditentukan oleh jenis barang. Biaya-biaya penyimpanan untuk barang-barang yang standar, barang pokok biasanya relative lebih rendah. Biaya bias tinggi untuk jenis barang yang tidak tahan lama.
Dalam contoh PT Dioneco ini, kita asumsikan perusahaan meruakan penyalur (distributor) sehingga ia tidak memptoduksi barang yang dijualnya. Pada awalnya kita anggap tidak ada persediaan pengamanan, jadi biaya pemesanan meningkat searah dengan jumlah rata-rata persediaan yang disiman. Untuk menentukan besarnya total biaya penyimpanan, digunakan rumus :
TOTAL BIAYA PENYIMPANAN = (C) (P) (A)
 
 



 Bila perusahaan memutuskan untuk memesan sekali saja dalam setahun, maka persediaan rata-rata adalah 3600/2 = 1.800 unit
TOTAL BIAYA PENYIMPANAN = 0,25 x R 40.000 x 1.800 unit
                                                           = Rp 18.000.000
Biaya Pesanan
TOTAL BIAYA PESANAN = F + (V) (N)
 
Untuk menghitung total biaya pesaan, dapat digunakan rumus :


Apabila kitamasukan data yang terdapat pada PT Dioneco, maka besarnya baya penyimanan adalah :
TOTAL BIAYA PENYIMPANAN = F + (V) (N)
                                                           = Rp 5.400.000 + Rp 125.000 ( 3.600/Q )

Model EOQ /Economical Order Quantity ( Pesanan Yang Paling Murah ) Pada Perusahaan Ditributor
EOQ merupakan konsep yang paling penting dalam pengendalian persediaan bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi. Dalam analisa ini kita berusaha untuk menentukan berapa besarnya pesanan yang paling ekonomis dalam satu periode tertentu. Secara matematis, EOQ untuk perusahaan distributor dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut.


EOQ   =
 
 



Jika kita hubungkan dengan data pada PT Dioneco, maka besarnya EOQ pada perusahaan tersebut adalah :
EOQ   =
             =
             = = 300 unit

EOQ Pada Barang Produksi sendiri
            Pembahasan selama ini selalu menganggap bahwa persediaan bias diterima dari luar sekaligus, tetapi kenyataannya menunjukan bahwa banyak perusahaan yang membuat sendiri dengan jumlah R unit tiap harinya. Bila perusahaan memproduksi sendiri barangnya, marilah kita menghitung kuantitas pesanan ekonomisnya ( EOQ ). Kita anggap saja perusahaan mampu memproduksi sebanyak R = 4.800 unit/ tahun. Dalam menentukan EOQ, kita perlu mengetahui biaya pesanan ( ordering cost )dan biaya penyimpanan ( cariying cost ). Jumlah persediaan maksimum bias kita ketahui dari perkalian jumlah hari dalam satu kali produksi dengan tingkat kenaikan persediaan per hari. Jumlah hari dalam satu kali oprasi produksi ( lamanya produksi ) merupakan hasil jumlah unit per produksi ( jumlah pesanan ) dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi sehari. Maka bentuk persamaannya adalah :
Lamannya 1 kali produksi                   =
Tingkat Kenaikan Persediaan per hari            =
Jadi jumlah persediaan maksimum adalah
Persediaan maksimum =
Persediaan rata-rata (A) adalah setengah dari jumlah maksimum, maka (A) dapat dicari dengan rumus
A         =
            =
Langkah terakhir dalam penetapan biaya penyimanan adalah mengalikan persediaan rata-rata dengan biaya penyimanan per unit (CP)
Total Biaya Penyimpanan       = (C)(P)
Total biaya pesanan dapat dinyatakan persis sama dengan sebelumnya, oleh karena itu tingkat roduksi tidak mempunyai pengaruh pada biaya per pesanan, dengan demikian tptal biaya pemesanannya adalah
Total biaya pemesanan  = F + (V)(N)
                                       = F + (V) )
Dengan menjumlahkan biaya penyimpanan dan pemesanan, kita peroleh total biaya persediaan adalah sebagai berikut.
T = CP(1-) + F + (V) )
Bila persamaan tersebut kita diferensiasikan dan kita samakan dengaan nol, maka akan kita peroleh Q dan kita menemilisasikan total biaya persediaan adalah sebagai berikut :
 =
      
    
   
     EOQ =
Bila kita masukan angka – angka yang terdapat pada PT Dioneco, maka besarnya EOQ adalah sebagai berikut.
EOQ    =
            =
            = 600 unit untuk tiap kali produksi
Persediaan rata-rata :
A =
    = (1-
    = 75 unit
Perbedaan antara perusahaan sebagai distributor dan produsen adalah bahwa kuantitas pesanan ekonomiknya (EOQ) naik dari 300 unit menjadi 600 unit dan total biaya persediaan sebagai distributor adalah Rp 8.400.000, sedangkan apabila sebagai produsen, maka :
T = CP
    = 0,25 (40.000) 600/2 (1 – 3.600/600 ) + 5.400.000 + 125.000 ( 3.600/600)
    = 750.000 + 5.400.000 + 750.000
    = 6.900.000
    
Jadi, sebagai produsenr, biaya persediaannya lebih rendah dibandingkan saat menjadi distributor, yaitu sebesar Rp 6.900.000.


















BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja dan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan. Persediaan meliputi 3 macam yang utama yaitu : 1) bahan baku, (2) barang dalam proses, dan (3) barang jadi. Metode pembelian yang ekonomis (Economic Order Quantity) adalah jumlah kuantitas barang  yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal.
Dalam perusahaan pabrikase terdapat 3 golongan inventory utama, yaitu persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barand jadi. Pada perusahaan perdagangan hanya ada satu golongan inventory yang disebut dengan merchandise inventory. Turnover digunakan untuk menentukan besar kecilnya modal yang diperlukan dalam pembelian inventory.
Persediaan barang mentah minimal diperlukan untuk menjamin kontinuitas produksi. Persediaan ini dikenal dengan persediaan besi. Persediaan barang jadi minimal diperlukan untuk menjaga apabila ada pesanan ekstra yang melebihi volume pesanan normal.
Apabila pembelian bahan mentah atau penjualan bahan jadi dilakukan secara tunai maka keluar masuknya barang secara fisik bersamaan dengan aliran kas. Namun apabila pembelian bahan mentah atau penjualan bahan jadi dilakuakan secara kredit maka aliran kas akan terjadi kemudian setelah keluar masuknya barang secara fisik.
Biaya dapat digolongkan menjadi Biaya Penyimpanan (Biaya Gudang,Biaya Asuransi,Pajak Kekayaan,Biaya Modal,Penyusutan dan keusangan), Biaya Pemesanan(Biaya memesan atau biaya penyetelan mesin (setup cost),Biaya pengiriman,Potongan harga karena jumlah pembelian besar), dan Biaya persediaan (Kehilangan penjualan, kehilangan kepercayaan pelanggan ,Gangguan jadwal produksi). EOQ merupakan konsep yang paling penting dalam pengendalian persediaan bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi.

3.2  SARAN
Bagi perusahaan penentuan investasi dalan persediaan sangatlah penting karena sangat mempengaruhi laba yang akan diperolah perusahaan. Oleh kerena itu penentuan investasi persediaan dilakukan sebaik mungkin.
Bagi mahasiswa mempelajari investasi persedian sangatlah bermanfaat karena sangatlah penting jika nanti terjun dalam dunia usaha.

























DAFTAR PUSTAKA
-     Riyanto, Bambang. 1997. Dasar – Dasar Pembelajaran Perusahaan Edisi ke-4. Yogyakarta: BPFE
-     Weston,Fred. Thomas E. Copeland.1996. Manajemen Keuangan edisi ke-8. Jakarta: Penerbit Erlangga
-     Napa J. Awat.1999. Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
-     Rangkuti,Freddy. 2000. Manajemen persediaan. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada